Suatu hari Saya pergi kerja tanpa membawa selembar pun uang di dompet, hal itu Saya lakukan karena memang tidak ada uang yang tersisa dari gajian tanggal 25. Sementara hari itu masih 7 hari lagi untuk sampai ke tanggal 25 bulan berikutnya. Hanya bermodal sarapan pagi di rumah, Saya berangkat dengan modal motor inventaris kantor dan jatah bensin setiap bulannya. Dalam hati Saya berbicara, bahwa ini adalah cara Saya menghukum diri sendiri yang tidak mampu mengelola uang dengan baik. Biarlah rasa lapar di siang hari menjadi pengingat keegoisan nafsu yang tidak menghiraukan jatah lambung yang perlu dikasih makan.
Namun, ditengah tekad untuk menghukum diri sendiri, muncul kekhawatiran lain. Bagaimana kalau ban bocor dan butuh duit buat tambal ban? atau bagaimana kalau motor mogok di tengah jalan dan harus bayar bengkel? Kekhawatiran itu datang begitu kuat, seolah duit bisa menjamin kesuksesan Saya menjalani hari itu dengan baik. Saya khawatir dengan sesuatu yang belum terjadi karena Saya tidak punya duit.
Saat itu juga Saya tersentak kaget. Duit telah menutup keyakinan Saya pada Tuhan, bahwa Tuhan lah yang berkehendak akan sesuatu. Seolah Saya telah ber-Tuhan-kan duit.
Rabu, 13 Januari 2016
Ber-Tuhan-kan Duit
17.03 - By zhae_onnet
0
Tags: Rehat
About the Author
zhae_onnet. Follow me @Jaenudin_Rabu
View all posts by admin →
Get Updates
Subscribe to our e-mail newsletter to receive updates.
Share This Post
Video Widget
Recent post
Blogroll
Powered by Blogger.
0 komentar: